Tentang Kota Makassar (Bagian 1)

pelabuhan-makassar-abad-19
Kesibukan pelabuhan-makassar-abad-19

Tentang Kota Makassar (Bagian 1)

Awal kota dan bandar Makassar di letakkan di muara sungai Tallo dengan ‘dibukanya’ sebuah pelabuhan niaga kecil di wilayah itu pada penghujung abad ke-15. Sumber-sumber portugis memberitakan, bahwa bandar Tallo itu pada awalnya berada di bawah kekuasaan kerajaan siang di sekitar Pangkajenne; akan tetapi, pada pertengahan abad ke-16, Tallo bersatu dengan sebuah kesatuan politik kecil lokal yang lain, Gowa, dan mulai melepaskan diri dari penguasaan Siang, bahkan menyerang dan menaklukan wilayah-wilayah sekeliling. Karena sungai Tallo selama abad ke-16 semakin mendangkal akibat intensifikasi kegiatan pertanian di hulunya, maka bandarnya dipindahkan ke muara Sungai Jeneberang, dimana para ningrat Gowa-Tallo membangun sebuah kawasan istana dan pertahanan baru, Benteng Somba Opu, yang untuk 100 tahun berikutnya menjadi pusat kota Makassar.

Barang ekspor utama kota Makassar adalah beras yang dapat ditukar dengan baik rempah-rempah di Maluku maupun barang-barang manufaktur asal Timur Tengah, India dan Cina di Nusantara Barat; dari laporan saudagar Portugal maupun catatan lontaraq setempat diketahui peranan penting saudagar berdasarkan pertukaran surplus pertanian dengan barang-barang impor itu. Dengan menaklukan kesatuan-kesatuan politik sekeliling yang pada umumnya berbasis agraris pula, maka Makassar meningkatkan produksi komoditi itu dengan berarti bahkan, dalam menyerang kerajaan-kerajaan kecil lainnya, para ningrat Makassar bukan hanya menguasai kawasan pertanian lawan-lawannya, akan tetapi berusaha pula untuk membujuk dan memaksa para saudagar setempat agar berpindah ke Makassar, sehingga kegiatan perdagangan semakin terkonsentrasi di bandar niaga baru itu.

cetakan plat tembaga-oleh Romein de Hooghe 1631 1698-yang menggambarkan-peperangan akhir di somba opu makassar koleksi atlas van stolk rotterdam
cetakan plat tembaga-oleh Romein de Hooghe 1631 1698-yang menggambarkan-peperangan akhir di somba opu makassar koleksi atlas van stolk rotterdam

Dalam hanya seabad saja, Makassar menjadi salah satu kota niaga terkemuka di dunia yang dihuni lebih 100.000 orang (dan dengan ini termasuk ke-20 kota terbesar di dunia: pada zaman itu jumlah penduduk Amsterdam, kota terbesar musuh utamanya, Belanda, baru mencapai sekitar 60.000 orang!) yang bersifat kosmopolitan dan multikultural. Perkembangan Makassar yang demikian pesat itu erat hubungannya dengan perubahan-perubahan pada tatanan perdagangan internasional pada masa itu. Pusat utama perniagaan, Malaka, ditaklukkan oleh Portugal pada tahun 1511, pada peran kota-kota niaga di Jawa Utara semakin berkurang mengikuti kekalahan armada lautnya di tangan portugal dan pergolakan-pergolakan dengan kerajaan Mataram. Bahkan, ketika Malaka diambil-alih oleh kompeni dagang Belanda VOC pada tahun 1641, sekian banyak perdagangan portugis ikut berpindah ke Makassar.

ABDUL MA’MUR KHATIB TUNGGAL atau DATO RI’ BANDANG yang berasal dari Minangkabau Sumatra Barat yang tiba di Tallo (Makassar) pada bulan september 1605, telah mengislamkan raja Gowa ke-XIV I-MANGNGARANGI DAENG MANRABIA dengan gelar SULTAN ALAUDDIN (memerintah 1593-1639) dengan mengkabumi IMAL-LINGKAANG DAENG MANYONRI KARAENG KATANGKA yang juga sebagai raja Tallo. Kedua raja ini yang mula-mula memeluk agama islam di Sulawesi Selatan. Pada tanggal 9 NOVEMBER 1607, tepatnya hari jumat, diadakan sembahyang jumat pertama di Mesjid Tallo dan dinyatakan secara resmi, penduduk kerajaan Gowa-Tallo telah memeluk agama Islam, pada waktu yang bersamaan pula diadakan sembahyang jumat di Mesjid Mangallekana di Somba Opu. Tanggal inilah yang diperingati sebagai hari jadi kota Makassar sejak tahun 2000, yang sebelumnya hari jadi kota Makassar jatuh pada tanggal 1 April.

Bersambung ke Bagian 2

Scroll to Top